(Foto: Mike Hewitt/Getty Images)
Jakarta -
Jakarta -
Klub-klub Premier League masih belum mengumumkan pemotongan gaji di tengah krisis corona. Para pemain diyakini tak akan keberatan dengan solusi tersebut.
Wabah virus corona menjadi tantangan besar untuk dunia olahraga, tak terkecuali klub-klub sepakbola ternama. Penangguhan kompetisi berarti tak ada pemasukan dari pertandingan-pertandingan, sementara ongkos gaji pemain, staf pelatih, dan karyawan terus berjalan.
Beberapa klub top Eropa seperti Barcelona, Atletico Madrid, Bayern Munich, Borussia Dortmund, dan Juventus sudah mengumumkan pemangkasan gaji pemain, yang memang menyedot anggaran terbesar. Barcelona dan Atletico misalnya, memangkas hingga 70% gaji pemain
Dari pemangkasan ini, klub bukan cuma menyelamatkan diri dari potensi bangkrut, tapi juga bisa mengamankan karyawan yang tak berkaitan dengan permainan, atau dikenal dengan non-playing staff. Sejumlah porsi dari gaji pemain bisa dipakai untuk menggaji para staf tersebut, yang persentasenya niscaya tak seberapa dibanding gaji pemain.
Nah, di Inggris, muncul persoalan terkait situasi krisis ini. Sementara klub-klub dan Asosiasi Pesepakbola Profesional (PFA) belum bersepakat soal pemangkasan gaji, beberapa klub malah lebih dulu memotong gaji non-playing staff.
Aturan di Inggris memang mengizinkan hal tersebut, dengan para staf dirumahkan sementara. Tapi secara etika, hal ini dinilai tidak elok mengingat ada para pemain dengan gaji selangit, yang seharusnya lebih dulu terdampak.
Dari pemangkasan ini, klub bukan cuma menyelamatkan diri dari potensi bangkrut, tapi juga bisa mengamankan karyawan yang tak berkaitan dengan permainan, atau dikenal dengan non-playing staff. Sejumlah porsi dari gaji pemain bisa dipakai untuk menggaji para staf tersebut, yang persentasenya niscaya tak seberapa dibanding gaji pemain.
Nah, di Inggris, muncul persoalan terkait situasi krisis ini. Sementara klub-klub dan Asosiasi Pesepakbola Profesional (PFA) belum bersepakat soal pemangkasan gaji, beberapa klub malah lebih dulu memotong gaji non-playing staff.
Aturan di Inggris memang mengizinkan hal tersebut, dengan para staf dirumahkan sementara. Tapi secara etika, hal ini dinilai tidak elok mengingat ada para pemain dengan gaji selangit, yang seharusnya lebih dulu terdampak.
Dari pemangkasan ini, klub bukan cuma menyelamatkan diri dari potensi bangkrut, tapi juga bisa mengamankan karyawan yang tak berkaitan dengan permainan, atau dikenal dengan non-playing staff. Sejumlah porsi dari gaji pemain bisa dipakai untuk menggaji para staf tersebut, yang persentasenya niscaya tak seberapa dibanding gaji pemain.
Nah, di Inggris, muncul persoalan terkait situasi krisis ini. Sementara klub-klub dan Asosiasi Pesepakbola Profesional (PFA) belum bersepakat soal pemangkasan gaji, beberapa klub malah lebih dulu memotong gaji non-playing staff.
Aturan di Inggris memang mengizinkan hal tersebut, dengan para staf dirumahkan sementara. Tapi secara etika, hal ini dinilai tidak elok mengingat ada para pemain dengan gaji selangit, yang seharusnya lebih dulu terdampak.
"Klub-klub sendiri akan butuh dukungan dalam pekan-pekan ke depan, khususnya kalau ini berlanjut hingga Juni, Juli, Agustus, September, dengan pemasukan yang hilang dari tiket musiman, dari gerbang masuk stadion. Mereka butuh dukungan dan ini soal kompromi dan kolaborasi."
"Para pemain akan perlu mempertimbangkan itu. Kalau saya bagian dari serikat pemain sekarang, sebagaimana saya dulu ada di sana, saya juga ingin memberi kontribusi ke klub, karena saya rasa itu penting agar mereka bertahan hidup, tapi juga memastikan ada kontribusi ke komunitas yang lebih luas dan NHS," tandasnya. -Tarangs
0 Comments